Rabu, 16 Desember 2015

  • PENGERTIAN  SASTRA
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagsan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Dalam konteks kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian,yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya, sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari,seni lukis, dan sebagainya.

  • PENGERTIAN SASTRA DARI SEGI ILMU SASTRA
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra dan karya sastra.
Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang yang berhubungan dengan seni sastra.
Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut  :
a.    Teori sastra,yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas hukum-hukum, prinsip dasar, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra.
b.    Sejarah sastra,yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
c.    Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra.kritik sastra dikenal juga telaah sastra.
d.    Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata nilai,sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memilki karya sastra.


  • SEJARAH SASTRA INDONESIA
Sejarah sastra adalah cabang ilmu sastra yang berusaha menyelidiki perkembangan sastra sejak dari mulai pertumbuhannya sampai pada perkembangan yang sekarang. Kesusastraan Indonesia, secara kultural pada awalnya adalah kesusastraan “etnik” yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahasa nasional yang diangkat dari bahasa etnik melayu.
Sastra Indonesia adalah sastra yang aslinya ditulis dalam bahasa Indonesia setelah mendapat pengaruh kebudayaan asing. Menurut sumber yang lain dijelaskan bahwa sastra Indonesia adalah karya sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia oleh penulis yang berwarganegaraan Indonesia.
Dalam dunia kesastraan dikenal adanya sastra lisan dan sastra tulis. Sastra lisan adalah sastra yang diceritakan dan diwariskan secara turun-temurun secara lisan, sastra jenis ini dikenal dengan “Floklore”. Sedangkan sastra tulis adalah sastra yang berbentuk tulisan dengan mencantumkan nama pengarangnya.
  • SEJARAH PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA
Secara urutan waktu, sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu:
  1. Angkatan Pujangga Lama
Karya sastra pada angkatan pujangga lama dihasilkan sebelum abad ke-20, pada masa ini di dominasi oleh syair, pantun, hikayat dan gurindam.

  1. Angkatan Sastra “Melayu Lama”
Angkatan sastra melayu lama dihasilkan antara tahun 1870 – 1942 yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatra, Cina dan masyarakat Indonesia – Eropa. Pada angkatan ini karya sastra yang pertama terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel Barat.
Sastra melayu lama tidak mencantumkan waktu penciptaannya dan siapa penciptanya.

  1. Angkatan Balai Pustaka
Angkatan ini tumbuh dan berkembang sekitar tahun 20-an. Sekelompok pengarang pada masa ini, pada hakikatnya bergerak oleh satu cita-cita, yaitu hendak memberikan pendidikan budi pekerti dan mencerdaskan kehidupan bangsanya melalui bacaan. Dalam perkembangan, sebenarnya sastra pada angkatan ini didirikan atau diciptakan oleh orang-orang Belanda. Tujuan mereka bukan untuk mengembangkan dan memajukan sastra-sastra Indonesia, tetapi untuk kepentingan politik belaka.
Sebagaian besar, sastra ini mengambil tema pokok masalah kawin paksa. Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas kehidupan dalam masyarakat.
Tiga pengarang Balai pustaka yang penting ialah:
  1. Nur Sutan Iskandar
  2. Abdul Muis
  3. Marah Rusli

  1. Angkatan Pujangga Baru
Pada bulan Juli 1993 merupakan tahun berdirinya sastra angkatan pujangga baru, secara reformasi tahun ini sekaligus dianggap pula sebagai pertama kali terbitnya majalah pujangga baru.
Ciri khas yang paling menonjol dalam sastra ini baik prosa maupun puisinya sebagaian besar mengandung suasana romantic
Sastra pujangga baru meliputi bentuk-bentuk novel, cerpen, kritik dan puisi dengan bermacam-macam bentuk.
Pada tahun 1942-1945 merupakan masa melemahnya sastra angkatan pujangga baru. Karya penting penutup sastra ini adalah belenggu, novel karya Armijn Pane dan manusia baru, drama karya Sanusi Pane.

  1. Angkatan ‘45
Pada periode 1942-1950 atau 1942-1945 adalah periode bangkit dan terintegrasinya sastra angkatan ini. Pada masa angkatan ini karya-karyanya bersifat lebih realistic dibanding karya angkatan pujangga baru yang bersifat romantic, idealistic. Angkatan ’45 diwarnai dengan adanya pengalaman hidup dan problem social, polotik, budaya seperti korupsi, penyelewengan, ketidakadilan dan kemerosotan moral.
Diantaranya penulis angkatan ’45 yaitu Chairil Anwar, Idrs, Mochtar Lubis, Trisno Sumardjo, M. Balfas.
  1. Angkatan 50-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra “kisah” asuhan H.B jassin, majalah tersebut bertahan sampai tahun 1946 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi cerita pendek dan kumpulan puisi. Sastra 50-an umumnya menyadarkan pada segi ekspresi serta memperkembangkan gaya ucapan angkatan ’45. Pada tahun ini, majalah sastra yang dianggap standar adalah “kisah”. Kisah yang memuat cerpen dan puisi.

  1. Angkatan ’66 - ’70-an
Pada angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra horizon. Majalah horizon adalah satu-satunya majalah sastra yang terbit di Indonesia pada saat ini atau setidaknya ia adalah satu-satunya majalah yang mengorbankan (hamper) seluruh halamannya untuk menampung hasil tulisan. Sastrawan kita menganggap majalah horizon sebagai standarperkembangan sastra Indonesia dan sekaligus menjadi sasaran tuntutan beranekaragam yang patut di alamatkan kepada sebuah majalah sastra.

  1. Dasawarsa 80-an
Pada karya sastra 80-an, ditandai dengan banyaknya roman percintaan. Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Mira W. dan Marga T. adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka, pada umumnya tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Namun yang tidak boleh dilupakan pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi) yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan serial lupusnya.
  1. Angkatan Reformasi
Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, ceren, maupun novel yang bertema sosial, politik, khususnya seputar reformasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar