Rabu, 16 Desember 2015

pintaku

Doaku untuk sang ibu
dua puluh tiga tahun sudah kau telah menemaniku, merawatku, menyayangiku.....
dua puluh tahun sudah kau telah mendidikku........
delapan tahu kau telah manruhku dipesantren......
empat tahun kau telah memintaku untuk memperdalam kalamullah.....
kini kau telah sakit-sakitan...
rasanya mata ini tak sanggup untuk membawa beban air maat yang begitu banyak...
doaku daalm setiap sujud malamku semoga engkau selalu diberi kesehatan....
agar engkau dapat melihat aku memakai toga dengan membawa kesuksesan....
Ya Allah semoga ibuku selalu berada dalam lindunganmu....
lekas sembuh ibu.........
amiin Ya Rabb....

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI AL-HIDAYAH
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia, SBdP, Matematika
Kelas/Semester : 2/1
Tema : Bermain di Lingkunganku
Sub Tema : Bermain di rumah teman
Alokasi Waktu : 1x pertemuan
  1. Kompetensi Inti (KI)
  1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
  2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
  3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
  4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

  1. Kompetensi Dasar
  1. KD pada KI-1
Bahasa Indonesia
  1. Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa.
SBdP
  1. Menikmati keindahan alam dan karya seni sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Matematika
1.1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. KD pada KI-2
Bahasa Indonesia
2.3 Memiliki rasa percaya diri dan tanggung jawab terhadap keberadaan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/ atau bahasa daerah.
SBdP
2.2 Menunjukkan rasa ingin tahu untuk mengenal alam di lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam berkarya seni.
Matematika
2.1 Menunjukkan sikap cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu serta tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas.
3. KD pada KI-3
Bahasa Indonesia
3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
SBdP
3.4 Mengetahui cara mengolah bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai karya kreatif dan olahan makanan.
Matematika
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan bennda konkrit.

  1. KD pada KI-4
Bahasa Indonesia
4.2 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Bahasa Indonesia
3.2.1 Menceritakan berbagai aktivitas bermain di lingkungan sekitar.
1.2.3 Membacakan cerita narasi yang telah ditulis dengan lafal dan intonasi yang jelas.


SBdP
3.2.1 Mengidentifikasi bahan alam di lingkungan rumah teman untuk karya kreatif.
4.13.2 Membuat karya kreatif sebagai penghias benda dengan menggunakan bahan alam di lingkungan sekitar melalui kegiatan mnggunting (daun pisang, daun nangka, daun nangka).
Matematika
3.2.3 Menentukan gambar yang sesuaian dengan perkalian yang diketahui.
4.3.1 Membuat perkalian yang mungkin jika hasil kali ditentukan.
D. Uraian Materi
a. membuat cerita ulang tahun.
b. membuat kalimat tanya mengenai gambar.
c. memngerjakan perkalian sesuai gambar.
d. membuat karya seni dengan cetak penampang.
E. Kegiatan Pembelajaran
No.
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Awal
- Guru memberikan salam dan mengajak berdoa.
  • Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa (absensi).
  • Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam mengawali kegiatan pembelajaran serta menyapa anak.
  • Bagaimana kabarnya hari ini anak-anak?
  • Mengajak ice breaking dengan lagu yang berkaitan dengan materi “tepuk satu, dua, dan tiga”.
  • Apersepsi dengan mengulang materi sebelemnya.
  • Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.


Inti
Mengamati
  • Pada awal pembelajaran siswa menyimak penjelasan guru tentang tugas menulis cerita Acara Ulang Tahun Edo yang telah dibuat siswa pada pembelajaran sebelumnya.
  • Siswa mengamati gambar anak sedang mencari alamat

  • Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan dengan cermat.
  • Siswa membaca contoh soal matematika.
  • Siswa membaca contoh soal matematika tentang “Edo mempunyai 40 kelereng”.
  • Siswa membaca teks pada buku siswa, dan mengidentifikasi bahan alam di lingkungan sekitar untuk karya kreatif.
Menanya
  • Siswa membuat pertanyaan berdasarkan cerita Acara Ulang Tahun Edo dengan dengan memperhatikan dengan penggunaan EYD .
  • Siswa melakukan kegiatan tanya jawab dari kalimat tanya yang dibuat dengan temannya.
  • Siswa ditugaskan membuat kalimat tanya berdasarkan gambar.
  • Siswa menanya tentang penyelesaian soal matematika tentang “Edo mempunyai 40 kelereng”.
Mengumpulkan informasi

  • Siswa mendiskusikan jawaban yang didapatkan .
  • Siswa mengerjakan tugas tentang menentukan gambar yang sesuai dengan cerita matematika
  • Siswa membuat perkalian yang hasil kali ditentukan
Menalar
  • Siswa mendeskripsikan gambar yang diamati
  • Siswa mendiskusikan kalimat tanya yang dibuat sesuai dengan pengamatan gambar
  • Siswa menentukan gambar yang sesuai dengan contoh soal matematika yang dibaca dengan menggunakan tanda centang.
  • Siswa memahami cara membuat karya seni dari daun.
  • Siswa membuat karya kreatif dengan menggunakan benda alam dari lingkungan sekitar rumah melalui kegiatan menggunting (daun pisang, daun nangka, daun kelapa).
Mengomunikasikan
  • Siswa membacakan cerita yang telah ditulis dengan suara nyaring dan menarik
  • Guru memberikan apresiasi terhadap hasil karya kreatif yang dibuat siswa.


Penutup
  • Guru memberikan penguatan pelajaranhariini.
  • Guru meminta peserta didik menyimpulkan tentang pelajaran hari ini dengan meminta peserta didik menceritakan apa yang mereka dapatkan atau ketahui dari materi yang dipelajari hari ini.
  • Guru memberi pekerjaan rumah pada peserta didik
  • Guru mengajak peserta didik berdoa bersama-sama
  • Menyampaikan salam penutup

F. Media pembelajaran.
1. Teks Ulang Tahun Edo.
2. Gambar tentang kalimat pertanyaan.
3. Gambar yang berhubungan dengan kegiatan menentukan perkalian.
4. Daun pisang, daun mangga, dan daun nangka.
5. Gunting, lem, dan pensil.

G. Pendekatan dan Model
  1. Pendekatan : Scientific
  2. Model : Cooperative Learning.
  3. Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi, dan Ceramah
  1. Penilaian
Penilaian Sikap
Minggu ke : .................. Bulan : ...................... 20.... Sub Tema :
No.
Nama Siswa

Perubahan Tingkah Laku
Cermat
Percaya Diri
Bertanggung Jawab


BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM





















































































Penilaian Pengetahuan
a. Tes tertulis : skor
Banyak soal : 3 buah
Kunci jawaban membuat kalimat tanya: disesuaikan dengan jawaban siswa
b. Tes Tertulis : skor
Banyak soal : 3 buah
Kunci jawaban : gambar yang di kanan, gambar gambar yang di kiri, dan Gambar yang di kanan
c. Tes Tertulis : skor
Banyak soal : 3 buah
Kunci jawaban menebak/menaksir perkalian, pembagian dengan berbagai kemung kinan jawaban
  1. 1) Mengelompokkan 60 topi 1 x 60 dan 60 x 1
  2. 2 x 30 dan 30 x 2
  3. 3 x 20 dan 20 x 3
  4. 4 x 15 dan 15 x 4
  5. 5 x 12 dan 12 x 5
  6. 6 x 10 dan 10 x 6

  1. 2) Mengelompokkan 30 kue mangkok 1 x 30 dan 30 x 1
  2. 2 x 15 dan 15 x 2
  3. 3 x 10 dan 10 x 3
  4. 5 x 6 dan 6 x 5
  5. 3) Mengelompokkan 20 yoyo 1 x 20 dan 20 x 1
  6. 2 x 10 dan 10 x 2
  7. 4 x 5 dan 5 x 4
Penilaian Keterampilan
Penilaian: Unjuk Kerja
    1. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Teks Narasi
No.
Kriteria

Baik Sekali
Baik
Cukup
Perlu Bimbingan
4
3
2
1
Kemampuan Membaca Teks
Siswa mampu membaca keseluruhan teks
Siswa mampu membaca setengah atau lebih bagian teks
Siswa mampu membaca kurang dari setengah bagian teks
Siswa belum mampu membaca teks
Pemahaman isi teks
Mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
Mampu menjawab setengah atau lebih pertanyaan yang diajukan
Mampu menjawab kurang dari setengah bagian teks
Belum mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan

    1. Rubrik Penilaian Membuat Karya Kreatif sebagai Penghias Benda Menggunakan Bahan Alam dengan Kegiatan Melipat.
No.
Kriteria
Baik Sekali
Baik
Cukup
Perlu bimbingan
4 3
2
1

Ketepatan melipat daun pisang/daun nangka





Lipatan daun pisang/nangka rapi dan simetris
Lipatan daun pisang/nangka rapi dan kurang simetris
Lipatan daun pisang/nangka kurang rapi dan tidak simetris
Lipatan daun pisang/nangka tidak rapa dan tidak simetris
Kerapian dalam menggunting dan menempel
Pola menggunting terlihat halus dan tidak terdapat bekas lem di sekitar bidang penempela
Pola menggunting terlihat halus dan terdapat bekas lem di sekitar bidang penempelan atau sebaliknya
Pola menggunting terlihat kasar dan terdapat bekas lem di sekitar bidang penempelan
Belum mampu menggunting dan menempel

Keindahan karya yang dihasilkan
Karya yang dihasilkan menimbulkan kesan rasa sangat kagum
Karya yang dihasilkan menimbulkan kesan rasa kagum
Karya yang dihasilkan menimbulkan kesan kurang enak dilihat
Karya yang dihasilkan menimbulkan kesan tidak enak dilihat



    1. Rubrik Penilaian Membuat Perkalian yang Mungkin jika Hasil Kali Ditentukan
No.
Kriteria
Baik sekali
Baik
Cukup
Perlu Bimbingan

Membuat perkalian dengan jawaban yang tepat
Mampu membuat perkalian secara maksimal dengan jawaban yang tepat
Mampu membuat perkalian sebagian besar dengan jawaban yang tepat
Mampu membuat perkalian sebagian kecil dengan jawaban yang tepat
Belum mampu membuat perkalian dengan jawaban yang tepat

Urutan perkalian
Mampu membuat semua perkalian dengan urut t


Mampu membuat sebagian besar perkalian dengan urut
Mampu membuat sebagian kecil perkalian dengan urut
Belum mampu membuat perkalian dengan urut




Sidoarjo, 6 Desember 2014
Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mapel


(......................) (Shobibatur Rohmah)



Akan Indah Pada Waktunyaaa..........................
chubbiiieeee.......
syauQiiii........
ahinnuk.....
julukan itu yang telah kau persembahkan dihalaman persembahan karya tulis ilmiah mu dan skripsimu.. 
ku tunggu di halaman persembahan tesis mu esok...
sukses selalu @chubbiee.......
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang serta harus di pelajari. Seorang anak manusia yang tidak pernah belajar berbicara, maka tidak akan pernah memiliki kemampuan berbicara. Bahasa bukan hanya alat komunikasi antar manusia, tetapi sebagai alat pengembangan intelektual untuk mencapai kesejahteraan sosial manusia.
Dalam hal ini guru juga berperan aktif dalam pengaruh pengembangan siswa dalam kemampuan berbahasa Indonesia. Sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan baik benar. Terkadang siswa masih terpengaruh dengan bahasa pertamanya (bahasa daerah). Karena bahasa yang pertama merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu pengembangan kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua sangat berperan penting bagi siswa. Terutama bagi seorang guru.
Pembelajaran  bahasa  kedua  harus  bergulat  dengan  bagaimana  sistem  suara dari kode tutur bahasa baru diorganisasikan, bagaimana makna direpresentasikan oleh  kata-kata,  kalimat  dan  teks dan  bagaimana  kode-kode  tertulisnya  bisa dipahami.  Sebagai  tambahan,  pembelajar  harus  memahami  penggunaan  bahasa baru  ini  dalam  berbagai  konteks—aspek-aspek  sosio-kultural,  termasuk  variasi verbal dan non-verbal. Adalah tugas berat bagi si pengajar maupun si pembelajar bahasa  kedua  ini  untuk  bisa  menjawab  seluruh  tantangan  itu.  Untuk  itu, diperlukan  pemahaman  umum  tentang  perilaku  pengajar (guru)  dan  pembelajar (murid)  bahasa  kedua  yang  bisa  merespons  tantangan-tantangan  di  atas  agar terbentuk  suasana  kelas  yang  digambarkan  Krashen  (1984)  bahwa  ruang  kelas bagi  pembelajaran  bahasa  kedua  bisa  menjadi  tempat  yang  sangat  akurat  bagi Perilaku Guru dan Murid dalam Pembelajaran Bahasa Kedua proses  pemerolehan  bahasa  kedua  karena  ditunjang  oleh  sikap  positif  dari pengajar dan pembelajar.
interaksi  antara  guru  dan murid pada proses pembelajaran bahasa kedua, termasuk model pembelajarannya, gambaran perilaku belajar murid dalam mempelajari bahasa kedua, perilaku guru sebagai  respons  positif  terhadap  gaya  belajar  murid dan  beberapa  alternatif pemecahan masalah

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan ruang lingkup bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua!
2. Bagimana posisi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua?
3. Bagaimana perilaku guru terhadap kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua?
4. Bagaimana perilaku siswa terhadap kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
2. Untuk mengetahui posisi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
3. Untuk mengetahui perilaku guru terhadap kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua?
4. Untuk mengetahui perilaku siswa terhadap kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua?




BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia sebagai Bahasa ke dua.
Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang serta harus di pelajari. Seorang anak manusia yang tidak pernah belajar berbicara, maka tidak akan pernah memiliki kemampuan berbicara. Contoh nya sejak bayi seorang anak yang hidup dilingkungan srigala, maka anak tersebut tidak pernah mempunyai  kemampuan berbicara, bahkan tidak akan mampu berpikir sebagaimana layaknya manusia.
Bahasa bukan hanya alat komunikasi antar manusia, tetapi sebagai alat pengembangan intelektual untuk mencapai kesejahteraan sosial manusia. Pendapat Cassier bahwa mempelajari bahasa untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan kebutuhan utama manusia, sebab dengan bahasa, amnusia dapat berpikir.
Berdasarkan urutannya bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh anak setelah mereka memperoleh bahasa lain. Bahasa yang diperoleh itu disebut sebagai bahasa kedua, jika bahasa yang diperoleh lebih dulu itu telah dikuasai dengan relatif sempurna. Akan tetapi bahasa kedua memegang peran yang kurang kuat dibandingkan bahasa yang pertama.
Sesuai dengan jenjang kurikulum satuan pendidikan (KTSP). Pembelajaran bahasa Indonesia di Mi/SD mencakup empat komponen kemampuan berbahasa :
1. Mendengarkan (menyimak)
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis

Kemampuan berbahasa untuk sekolah dasar bersifat apresiatif. Karena dengan berbahasa dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana menghargai orang lain. Mengerti hidup dan belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan.  

B. Posisi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
Posisi Pembelajaran Bahasa Indonesia berada dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia tidak mengikat pemakaiannya untuk sesuai dengan kaidah adasar. Bahasa indonesia digunakan secara nonresmi, santai dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan dan perhubngan antar warga adalah makna yang disampaikan.
Tugas kedua  adalah bahasa indonesia sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara berarti bahasa indonesia adalah bahas resmi. Dengan begitu, bahasa indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, adn masuk akal.
Tugas diatas tentunya akan memberikan dampak bagi pembelajar bahasa indonesia yang masih aawl dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia. Di suatu sisi, siswa harus belajar bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah. Di sisi lain, siswa mengahadapi  maasyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena fungsi bahasa peragulan.
Begitu pula dengan pembelajaran bahasa Indonesia, proses pembelajarannya harus bertumpu ke siswa  sebagai subjek belajar. Peran guru amatlah emnentukan dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Peran tersebut didasari oleh kekuatan konsep dan kekuatan mengembangkan strategi pembelajarannya.
Sebagai guru harus mampu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia mengembangkan hubungan kemanusiaa yang tulus dengan siswa, orang tua dan kolega-koleganya.
2. Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu pengetahuan. Mereka menguasai dasar-dasar  tentang belajar mengajar, menguasai pengarjaarn serta mampu dalam pengelolaan kelas.
3. Guru yang berhasil mempunyai sikap dan keterampilan yana mampu mendorong siswa berpikir reflektif dan mampu memcahkan masalah yang dialami siswa.

C. Perilaku Guru Terhadap Kemampuan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa ke Dua
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini  beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus memiliki  pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman  tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
3. Guru seyogyanya  dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas.
5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsip umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

D. Perilaku siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Seperti yang kita tahu, pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu materi yang di ajarkan di bangku sekolah. Adapun tujuan pembelajaran ini dapat kita tinjau dari dua sudut pandang, untuk para siswa ditujukan agar para siswa mampu menghayati bahasa dan juga sastra Indonesia serta mempunyai kemampuan yang baik dan benar dalam berbahasa. Sementara tujuan bagi para guru yaitu untuk mengembangkan potensi para siswa dalam berbahasa Indonesia, serta agar lebih mandiri dalam menyiapkan dan menentukan bahan ajar sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan.
Selain itu, yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran suatu Bahasa yakni peran pentingnya di dalam perkembangan intelektual dan emosional siswa serta sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Di samping itu pembelajaran Bahasa Indonesia juga dapat memungkinkan manusia untuk bisa saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman serta saling belajar satu sama lain untuk meningkatkan kemampuan intelektual.  Adapun pembelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah diharapkan bisa membantu para siswa untuk mengenal dirinya sendiri, budayanya, budaya orang lain, belajar untuk menyampaikan gagasan, serta mampu menggunakan kemampuan imajinatif dan analitis yang terdapat pada diri masing-masing siswa. Perilaku siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia
· Siswa bisa berkomunikasi secara lebih efektif dan juga efisien serta mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai etika dan kesopanan.
· Siswa dapat semakin menghargai bahasa Indonesia dan bangga terhadap bahasa pemersatu bangsa tersebut.
· Siswa  memahami bahasa Indonesia dan juga mampu menggunakannya secara tepat.
· Siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk semakin meningkatkan kemampuannya.
· Dengan membaca dapat  memperluas wawasan mereka serta bisa memperhalus budi pekerti.

Adapun aspek dalam kemampuan berbasa itu meliputi beberapa hal di antaranya seperti berbicara, mendengarkan, menulis dan membaca yang berhubungan dengan ragam sastra maupun ragam bahasa yang mana merupakan ruang lingkup dari standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia.










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan jenjang kurikulum satuan pendidikan (KTSP). Pembelajaran bahasa Indonesia di Mi/SD mencakup empat komponen kemampuan berbahasa : Mendengarkan (menyimak), Berbicara, Membaca, Menulis. Posisi Pembelajaran Bahasa Indonesia berada dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.Tugas kedua  adalah bahasa indonesia sebagai bahasa Negara. Bahasa Indonesia juga dapat memungkinkan manusia untuk bisa saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman serta saling belajar satu sama lain untuk meningkatkan kemampuan intelektual.
Tujuan bagi para guru yaitu untuk mengembangkan potensi para siswa dalam berbahasa Indonesia, serta agar lebih mandiri dalam menyiapkan dan menentukan bahan ajar sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan. para siswa diharapkan bisa membantu  untuk mengenal dirinya sendiri, budayanya, budaya orang lain, belajar untuk menyampaikan gagasan, serta mampu menggunakan kemampuan imajinatif dan analitis yang terdapat pada diri masing-masing siswa








.

makaalh pengelolaan kelas

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Untuk itu pemakalah mengangkat tema yang berjudul “Pendekatan Managerial, Psikological, dan Sistem” agar pendidik mampu mengelolah kelas dengan baik dan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan tujuan.
  1. Rumusan Masalah
1. Apa saja pendekatan-pendekatan pembelajaran yang terkait dalam proses belajar mengajar?
2. Apa saja tingkatan-tingkatan dalam pendekatan pembelajaran?
3. Bagaimana pengaruh pendekatan-pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar?
  1. Tujuan Pembahasan
  1. Mengetahui pendekatan-pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar
  2. Memahami tingkatan-tingkatan dalam pendekatan pembelajaran.
  3. Mengetahui pengaruh-pengaruh pendekatan pembelajaran.








BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pendekatan Managerial
Pendekatan Managerial atau lebih umum dengan istilah pendekatan manajemen adalah sebuah pendekatan yang bersifat sistematis, karena pengelolaannya yang teratur dalam melibatkan unsur-unsur yang terpadu didalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dan pengajaran, managerial sangat dibutuhkan demi terlaksananya kegiatan yang efektif. Hubungan antar keduanya tersebut dapat dibedakan menurut proses yang tengah dilakukan oleh pengajar. Berikut tabel pembeda pelaksana pengajaran dan perencanaannya:1
Proses Pengajaran
Proses Managerial
Mengidentifikasi tujuan pengajaran
Menetapkan tujuan managerial
Mendiagnosa keberhasilan siswa
Menganalisa kondisi yang ada
Merencanakan dan menerapkan aktivitas pengajaran
Memilih dan menerapkan strategi managerial
Mengevaluasi keberhasilan siswa
Menilai aktivitas manajerial

Kegiatan managerial ini meliputi: perencanaan, pengorganisasian, komando, koordinasi, dan pengawasan. Sebagaimana dalam kegiatan pembelajaran dikelola melalui ke-5 unsur tersebut sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan.
Menurut Harold Koontz pendekatan ini dibagi atas 11 definisi khusus, yaitu:
  1. Pendekatan berdasarkan kebiasaan
Bahwa pendekatan ini berupaya untuk mengembangkan pemahaman tulang manajemen melalui pembelajaran pengalaman dari para manajer yang dahulu, yang biasanya dicapai melalui sejumlah kasus dan surat transfer tentang pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman.
  1. Pendekatan berdasarkan perilaku individu
Pendekatan ini mempelajari manajemen dengan jalan memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antar perorangan didalam organisasi-organisai dengan fokus pada para individu dan motivasi mereka.
  1. Pendekatan berdasarkan perilaku kelompok
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada studi tentang pola-pola perilaku kelompok didalam organisasi dan bukan pada hubungan-hubungan antar individu mereka.
  1. Pendekatan berdasarkan kerjasama sosial
Pendekatan ini gabungan antar pendekatan individu dan kelompok dengan jalan mempelajari perilaku antar manusia sebagai sistem-sistem sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-sama dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan bersama tertentu.
  1. Pendekatan sosioteknik
Pendekatan ini menekankan perlu dipertimbangkannya sistem-sistem sosial dan sistem teknik secara simultan dalam praktik manajemen, mengingat bahwa sistem teknik mempunyai pengaruh besar atas sistem sosial organisasi.
  1. Pendekatan teori keputusan
Pendekatan ini menerapkan pengambilan keputusan sebagai sebuah tanggung jawab utama semua manejer, dan difokuskannya perhatian pada pengembangan pemikiran manajemen sekitar proses pengambilan keputusan.
  1. Pendekatan pusat komunikasi
Pendekatan ini mempelajari bagian-bagian interdepen dan dari organisasi-organisasi, sewaktu mereka berinteraksi dengan dan dipengaruhi oleh lingkungan mereka.
  1. Pendekatan matematis
    Pendekatan ini memandang manajemen sebagai sebuah proses yang dapat melalui model-model mate-matikal yang menyatakan elemen-elemen dasar suatu problem dan yang dapat menyediakan alat-alat untuk mengevaluasi solusi problem tersebut.
  2. Pendekatan situasional
Pendekatan ini mempelajari perilaku managerial sebagai suatu reaksi terhadap sekelompok keadaan tertentu, dalam upaya mencapai sejumlah praktik-praktik manajemen yang dianggap paling tepat guna menghadapi situasi tertentu.
  1. Pendekatan sumber daya manusia
Menurut pendekatan ini manajemen dipelajari dengan sumber daya manusia sebagai dasar kajian atau tinjauan. Pendekatan ini mempelajari mengenai masalah individu, kelompok dan lingkungan agar dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan produktivitas.
  1. Pendekatan kombinasi
Pendekatan ini berupaya untuk menyatukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori dan teknik-teknik, yang menjadi landasan praktik manajemen, dengan jalan mengaitkan mereka dengan fungsi-fungsi para manajer.2
Tingkatan-tingkatan dalam pendekatan managerial sebagai berikut:
  1. Tingkatan makro
Yaitu harus mencerminkan hubungan timbal balik antara pendidikan dengan variabel-variabel diluarnya. Misalnya: ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain.
  1. Tingkatan struktural
Yaitu didasarkan jenjang, fungsi dan tujuan suatu lembaga pendidikan.
  1. Tingkatan mikro
Yaitu didasarkan pada faktor-faktor yang ada dalam kurikulum itu sendiri, yang koheren antara satu dengan yang lainnya.
  1. Tingkatan individual
Yaitu didasarkan kemungkinan terjadi interaksi edukatif dalam proses belajar mengajar di kelas.

  1. Pendekatan Psikological
Dalam pembelajaran bahasa digunakan juga pendekatan psikologi yang memanfaatkan aspek psikologi sebagai asumsi dasar. Pendekatan ini memandang pengajaran bahasa mempunyai kaitan dengan ilmu yang menelaah bagaimana peserta didik belajar, dan bagaimana peserta didik sebagai individu yang kompleks. Asumsi-asumsi tersebut dapat berupa:
  1. Teori Behaviorisme
Segala tingkah laku atau kegiatan seseorang merupakan respons terhadap adanya stimulus. Proses belajar tidak lain daripada mekanisme stimulus-respon itu. Secara lebih detail teori behaviorisme adalah seperti dirincikan dibawah ini.
  1. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang berada di luar dirinya, sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
  2. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulangan, dan penguatan (reinforcement).
  3. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah mendahului yang sulit.
  1. Teori Gestalt
Dalam teori ini menjelaskan bahwa persepsi tidak berdasarkan pada respon yang terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi lebih kepada reaksi terhadap stimulus total. Implikasi lain dari persepsi adalah adanya reaksi aktif terhadap lingkungan. mengutamakan struktural yang ada dalam pandangan-pandangan visual, meliputi elemen-elemen yang
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
  1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
  5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
  1. Teori Kognitif
Teori kognitif menekankan proses atau upaya dalam menekankan potensi intelektual. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan behavioris yang lebih dominan dalam pengambilan tingkah laku. Kognitif atau kemampuan rasional terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
  1. Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
  2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
  3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal
  4. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
  1. Pendekatan Sistem
Pada dasarnya proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya. Masing-masing komponen tersebut saling terkait sebagai sustu sistem. Oleh sebab itu, penyusunan perencanaan pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem.
Sistem berarti gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dapat menjadi supra atau subsistem dari sistem lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan subsistem adalah sistem yang berada di dalam sistem. Misalnya, sistem pembelajaran dapat menjadi supra dari sistem metode pembelajaran dan dapat menjadi sub sistem dari sistem sekolah.
Suatu sistem merupakan keterkaitan antara (masukan), proses, dan (keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media. Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran. Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Unsur-unsur atau komponen dasar sistem3:
  1. Input (masukan)
Unsur-unsur yang sumber-sumbernya diterapkan atau dimanfaatkan. Contoh: sumber, biaya, personal.
  1. Output (keluaran)
Hasil konversi dari proses suatu sistem yang dihitung sebagai hasil, produk atau keuntungan. Contoh: hasil, produk, atau keuntungan.
Sifat-sifat suatu sistem4:
  1. Terbuka vs tertutup
Terbuka berarti menerima informasi dari luar, tertutup berarti tidak menerima informasi dari luar.
  1. Sederhana vs kompleks
Sederhana:
  1. Secara relatif hanya terdiri atas beberapa komponen. Misalnya: amuba, sel-sel tubuh.
  2. Hasil atau produknya mungkin sederhana, misal hasilnya sama sepanjang waktu (hasil cetakan bata).
Kompleks (rumit):
  1. Terdiri banyak komponen yang saling berinteraksi. Misalnya: pabrik televisi.
  2. Keseluruhannya atau totalitasnya lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagian.
  3. Bagian-bagiannya tidak bisa dipahami kalau berdiri terpisah satu sama lain.
  4. Bagian-bagiannya saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lain.
  1. Hidup vs tak hidup
Sistem yang hidup misalnya: sel manusia, tanaman. Sedang sistem yang mati misalnya tata surya dan komputer.
  1. Susunan vertikal (hierarchy)
Suatu sistem selalu berkaitan erat (menjadi atau terjadi) dengan sistem yang lain. Susunan hierarki terjadi bila sistem tingkatan bawahan bergabung membentuk sistem yang lebih tinggi. Adapun tingkatannya adalah suprasistem, sistem, dan subsistem.
  1. Suprasistem adalah suatu sistem yang kompleks yang mencakup lebih dari satu sistem sebagai komponennya.
  2. Subsistem adalah suatu kesatuan atau kumpulan kesatuan yang merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar yang bisa dibedakan dengan maksud untuk keperluan observasi atau mempelajarinya.
Pendekatan sistem mempunyai tujuan5. Terdapat dua tujuan dalam sistem yaitu tujuan lembaga pendidikan dan tujuan instruksional. Tujuan lembaga pendidikan adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional adalah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Managerial adalah sebuah pendekatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, komando, koordinasi, dan pengawasan. Pendekatan Psikological adalah pendekatan yang memandang pengajaran bahasa mempunyai kaitan dengan ilmu yang menelaah bagaimana peserta didik belajar, dan bagaimana peserta didik sebagai individu yang kompleks. Pendekatan Sistem adalah pendekatan yang didalamnya gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Komponen-komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya.
Tingkatan-tingkatan dalam pendekatan managerial meliputi tingkatan makro, mikro, individual, dan struktural. Pendekatan Psikological meliputi teori behavior, teori gestalt, dan teori kognitif. Pendekatan sistem meliputi unsu input (masukan) yakni unsur-unsur yang sumber-sumbernya diterapkan atau dimanfaatkan dan unsur output (keluaran) yakni hasil konversi dari proses suatu sistem yang dihitung sebagai hasil, produk atau keuntungan.
1 http://azzuracie.wordpress.com/tugas-kuliah/nn/ dikutip pada 26-09-2013 pukul 20:32 wib.

2 http://azzuracie.wordpress.com/tugas-kuliah/nn/ dikutip pada 26-09-2013 pukul 20:32 wib.

3 Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta,2006),hlm:47

4 Ibid


5 Hamzah, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm:11